bisnis yang
beretika adalah bisnis yang taat pada peraturan, transparan, akuntabel,
bertangung jawab, wajar, jujur, berempati, dan independen. Indicator ketaatan
pada peraturan lebih mudah diukuur dibandingkan dengan indicator yang lain.
Untuk menilai apakah suatu bisnis itu
etis atau tidak, Bertens(2000) mengemukakan tiga tolak ukur etika bisnis,
yaitu:
a)
Hati
nurani
b)
Empati
c)
Audit
sosial
Bisnis yang baik
selalu di dasarkan pada hati nurani (yang baik). Hati nurani menuntun kita
memilih yang baik, dan menghindari yang buruk. Empati menuntun kita untuk
memperlakukan orang lain sama dengan seperti kita ingin dipelakukan. Audit
sosial atau penilaian oleh masyarakat, mensyaratkan bahwa suatu bisnis disebut
baik apabila menurut pendapat umum adalah baik atau memberikan banyak
keuntungan.
Etika bisnis yang baik juga dapat membangun
komunikasi yang lebih baik dan mengembangkan sikap saling percaya antar sesama
pebisnis. Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam berbisnis yaitu:
·
Yang pertama adalah memerhatikan kepentingan
dan menjaga perasaan orang lain.
·
Yang kedua adalah mencegah terjadinya salah
paham dengan orang lain, karena masing-masing budaya atau negara mempunyai
etika bisnis yang berbeda. Meski begitu, terdapat beberapa etika yang berlaku
umum.
Ciri Bisnis yang Beretika
1)
Tidak
merugikan
2)
Tidak
menyalahi aturan dan norma yang ada
3)
Tidak
melanggar hukum
4)
Tidak
menjelekan saingan bisnis
5)
Mempunyai
surat izin
Pengertian etika berbeda dengan
etiket. Etiket berasal dari bahasa Perancis etiquette yang berarti tata
cara pergaulan yang baik antara sesama menusia. Sementara itu etika, berasal
dari bahasa Latin, berarti falsafah moral dan merupakan cara hidup yang benar
dilihat dari sudut budaya, susila, dan agama.
Etika merupakan filsafat / pemikiran
kritis dan rasional mengenal nilai dan norma moral yg menentukan dan terwujud
dalam sikap dan pada perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun sebagai
kelompok.